Jakarta, Dunis Sampaikan amanat di Pelantikan Rektor Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) pada (31/12), Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad ungkap tantangan yang dihadapi kampus Muhammadiyah.
Pada urutan teratas, tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) adalah menurunnya jumlah mahasiswa baru. Tantangan ini tak hanya dihadapi kampus Muhammadiyah, tapi juga dihadapi oleh seluruh Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Penurunan jumlah mahasiswa baru ini menurut Dadang salah satunya disebabkan adanya penurunan jumlah kelahiran di Indonesia. Merujuk data statistik, kelahiran anak di Indonesia masih berada pada angka 2,1 persen. Angka tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan jumlah kelahiran anak di Korsel dan Jepang.
“Penyebab selanjutnya penurunan jumlah mahasiswa baru ini karena perubahan sosial,” ungkap Dadang.
Perubahan sosial yang dimaksud Dadang adalah kecenderungan orang tua sekarang yang tidak lagi memandang simbol untuk memasukan anak-anak mereka ke institusi pendidikan. Melainkan saat ini yang mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya itu lebih ke fungsional.
“Oleh karena itu, kalau kita tidak memberikan pelayanan yang maksimal maka PTS kita ini tidak dijadikan sebagai tempat untuk mahasiswa belajar,” katanya.
Selain itu, faktor lain yang mendorong terjadinya penurunan jumlah mahasiswa baru di kampus swasta adalah menurunnya ekonomi keluarga Indonesia. Penurunan ini terjadi sejak pandemi covid-19 pada dua tahun yang lalu.
Guru Besar Sosiologi Agama ini berharap Rektor baru UMC, Arif Nurudin supaya menanggulangi persoalan tersebut. Supaya UMC menjadi kampus yang terus berkembang, serta membangun kepemimpinan integritas serta egaliter yang inklusif, kolaboratif, dan inovatif.
Model kepemimpinan tersebut diharapkan Dadang juga dianut oleh seluruh civitas akademika UMC. Ke depan dia tidak ingin mendengar lagi adanya ketidak harmonisan antara PTMA dengan kepemimpinan Muhammadiyah baik di tingkat wilayah, daerah, cabang, dan ranting.