Menu

Mode Gelap
Haikal Hassan : Bangun Indonesia Baru yang Damai dan Berkeadaban How To Handle Every Movie Challenge With Ease Using These Tips 20 Questions You Should Always Ask About Playstation Before Buying It The Most Influential People in the Green House Industry and Their Celebrity Dopplegangers Technology Awards: 6 Reasons Why They Don’t Work & What You Can Do About It

News · 14 Dec 2024 05:01 WIB ·

Sekjen MUI Sampaikan Wakaf Produktif Menjadi Alternatif Kedaulatan Pangan


 Sekjen MUI Sampaikan Wakaf Produktif Menjadi Alternatif Kedaulatan Pangan Perbesar

Jakarta, Dunis – Pengelolaan tanah Wakaf di belum dilakukan secara maksimal sehingga tanah wakaf banyak yang terlantar. Alhamdulillah selama ini sudah berjalan dalam bentuk 4 M (Makam, Mushallah, Masjid dan Madrasah).

Saat ini dan kedepan perlu pengelolaan tanah lebih produktif untuk ketahanan dan Kedaulatan pangan. Hal ini di sampaikan Sekjen MUI, buya Amirsyah Tambunan sebagai pembicara kunci dalam FGD Kedaulatan Pangan di Aula Buya Hamka MUI, Sabtu (14/12/24).

“Indonesia memiliki kekayaan dan kesuburan lahan yang luas. Diantaranya tanah wakaf membutuhkan pembiayaan berupa wakaf uang atau wakaf melalui uang. Wakaf melalui uang dapat dijadikan skema pembiayaan untuk mengefektifkan wakaf lahan guna memperoleh kadaulatan Pangan,” ujar Buya Amirsyah Tambunan.

Tanah yang produktif menghasilkan keuntungan kemudian digunakan untuk membiayakan kebutuhan masyarakat yang kurang beruntung baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Lebih lanjut buya Amirsyah mengajak masyarakat dapat mewakafkan tanah untuk dipakai sebagai lahan pertanian atau mewakafkan untuk kegiatan jual beli yang nantinya akan sangat bermanfaat untuk umat.

Jariyah yang didapat dari wakaf produktif ini akan terus berjalan selama pembiayaan tersebut dipergunakan dengan sebaik mungkin dan memberikan banyak manfaat yang tidak putus untuk setiap umat Islam.

Konsep wakaf produktif telah lahir pertama kali melakukan wakaf produktif adalah Umar bin al Khattab. Beliau memberikan sebidang tanah yang berada di Khaybar dan terbilang subur.

Contoh ini bisa menjadi sprit; pertama, untuk mewujudkan kedaulatan pangan, disamping mencetak sawah baru, juga perlu melakukan intensifikasi lahan pertanian (sawah) yang telah ada di Jawa dan luar jawa dengan sistem Integrated Farming; kedua, kebutuhan beras di Indonesia 185 juta ton/tahun.

8Sebagai contoh menurut data BPS lahan sawah 10 juta Ha, rata² panen 1.5 kali dalam setahun, maka sawah per Ha mempunyai beban produksi +/- 12,5 ton/Ha/panen.

“Dengan sistem integrated farming mampu memproduksi 10 – 12 ton/Ha. Artinya, jika ini dijalankan dengan benar, maka kebutuhan pangan kita tidak perlu impor lagi,” pungkasnya.

Artikel ini telah dibaca 42 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Daarul Rizki Pratama Buat 1000 Yatim Tersenyum Bahagia di Wonderful Muharram

11 July 2025 - 11:52 WIB

HUT Bhayangkara Ke-79, Pengasuh Ponpes Almitfah Kauman Kulon Progo Yogyakarta Apresisasi Polri Jaga Ketertiban Masyarakat

27 June 2025 - 10:08 WIB

PPIJ dan Masjid Sejuta Pemuda Kolaborasi Wujudkan Generasi Dakwah Cerdas dan Kreatif

24 June 2025 - 15:20 WIB

BPJPH Ganjar Penghargaan dan Hadiah Bagi LP3H dan P3H Berkinerja Tinggi di Puncak Acara IIHF 2025

22 June 2025 - 03:52 WIB

Sambut 1 Muharram 1447 H, Kemenag Gelar Program Harmoni Manusia dengan Alam

20 June 2025 - 08:44 WIB

CLS Dorong Mahasiswa Bangun Gerakan yang Substantif dan Etis

4 June 2025 - 00:02 WIB

Trending di News