Semarang, Dunis – Suara sendok beradu dengan lunch box berbahan stainless steel terdengar riuh di SMP Negeri 12 Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/1/25). Saat itu para siswa sedang menikmati santap siang bersama dalam program Makan Bergizi Gratis.
Di sekolah ini dan di 189 titik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) lainnya di 26 provinsi yang hari itu secara serentak melaksanakan program yang digagas Presiden Prabowo Subianto ini—menjadi ruang belajar tentang nilai-nilai luhur.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, yang turut hadir memantau makan bersama di SMP Negeri 12 Semarang mengatakan program ini sebagai sarana efektif untuk membentuk karakter positif.
“Salah satunya adalah menanamkan kebiasaan untuk senantiasa berdoa sebelum makan kepada anak-anak kita,” ujar Menteri Mu’ti di hadapan para siswa yang tengah bersiap menyantap makan siang mereka. Dia meyakini, rutinitas sederhana ini akan menumbuhkan kesadaran spiritual dan membentuk pribadi yang bertakwa.
Lebih dari sekadar ritual, makan bersama menjadi medium untuk menanamkan berbagai nilai karakter. “Kita biasakan anak-anak kita untuk menghabiskan makanannya, yang juga sudah ditakar oleh ahli gizi,” tegas Abdul Mu’ti.
Pesan ini bukan sekadar tentang menghargai makanan, tetapi juga tentang menanamkan sikap tidak boros dan tidak mubazir.
Momen makan bersama juga dimanfaatkan untuk mengajarkan tanggung jawab melalui kebersihan tempat makan, serta menanamkan tata krama seperti makan dengan tenang dan tidak bersuara. “Program makan bergizi gratis ini selain memberikan anak-anak kita jasmani yang prima, juga bagian dari penanaman pendidikan karakter,” tandasnya.
Melalui interaksi dan kebersamaan saat makan, anak-anak juga diajak untuk menumbuhkan sikap tenggang rasa dan toleransi.
Wamendikdasmen Atip Latipulhayat (kanan) meninjau pelaksanaan makan bersama di SMP Negeri 2 Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Foto Biro Komunikasi dan Humas Sekretariat Jenderal Kemendikdasmen)
Membentuk Generasi Berkarakter melalui Hal Sederhana
Di tempat lain, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, juga menekankan pentingnya penanaman karakter melalui program ini saat meninjau pelaksanaan di SD Negeri 3 Bojong Koneng dan SMP Negeri 2 Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dia melihat program ini sebagai langkah nyata untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dimulai dari hal sederhana: makan.
“Salah satu tujuan dari makan bergizi gratis adalah untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas melalui pemenuhan gizi generasi muda sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG),” ujar Atip.
Namun, dia juga menegaskan nilai tambah dari program ini terletak pada pembentukan karakter yang menyertainya.
Kerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) memastikan program ini tak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga dijalankan dengan standar tinggi.
“Sebagaimana kita lihat pada hari ini, pelaksanaan di sekolah-sekolah memang lebih masif. Dapurnya sudah sangat bagus, rata-rata mampu melayani 2.900 hingga 3.500 porsi per titik lokasi. Standar ini akan diterapkan secara merata di seluruh Indonesia, termasuk daerah terpencil. Intinya, makanan bergizi akan sampai kepada sasaran dengan kualitas yang terjaga,” jelas Atip, Selasa (7/1/24) siang.
Fathi Farand Farahmir, siswa SMP Negeri 2 Babakan Madang, mewakili suara hati para penerima manfaat, mengungkapkan kegembiraannya. “Makanannya enak, ada nasi, ayam, tahu, sayur wortel, dan jeruk. Terima kasih kepada Pak Menteri dan Pak Wakil Menteri, semangat bekerja dalam meningkatkan kualitas pendidikan di negara kita,” tuturnya.
Melalui program Makan Bergizi Gratis, pemerintah berharap dapat mencetak generasi yang tak hanya cerdas dan sehat, tetapi juga berkarakter mulia. Dengan menjadikan momen makan sebagai sarana pendidikan karakter, diharapkan visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud, dimulai dari piring makan anak-anak Indonesia