Jakarta, Dunis – Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Lantas seperti apa potensi atau perkembangan produk halal di Indonesia.
Kepala Badan Penyelenggara Jamnan Produk Halal (BPJPH) Ahmad Haikal Hasan menuturkan Indonesia punya potensi besar, namun sayangnya berada di posisi 8 dunia.
Dalam wawancara dengan CNBC TV, babe Haikal panggilan akrab Kepala BPJPH itu mengungkapkan kalau Indonesia dinilai masih kalah dari China. Salah satu faktornya adalah karena di Indonesia tidak tertib halal.
“Coba bayangkan dari 66 juta pelaku usaha, 20% nya adalah di bidang kuliner dan baru 2,1% yang terdaftar dan tertib halal dengan memiliki sertifikat halal,” ujar Kepala BPJPH tersebut pada, Rabu (15/1/2025).
Masih menurut Haikal Hassan bahwa kepatuhan para pelaku industri halal untuk melakukan sertifikasi halal terhadap produk-produknya juga bakal membantu pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pemerintahan yang dijalankannya.
Masih menurut Kepala BPJPH itu, potensi produk halal di Indonesia itu besar sekali, sebab, permintaan pasar terhadap produk halal juga meningkat setiap tahunnya.
“Berdasarkan catatan dan data dari State of the Global Economy (SGIE) Report 2023, pengeluaran konsumen Muslim global untuk membeli produk halal mencapai 2,29 triliun dolar Amerika Serikat (AS). Diproyeksikan, angka tersebut akan mencapai 3,1 triliun dolar AS pada tahun 2027,” ini kan besar sekali potensinya,” ujar dirinya kepada CNBC Indonesia.
Sementara, data perdagangan nasional Indonesia mencatatkan ekspor produk halal senilai Rp 673,90 triliun pada periode Januari-Oktober 2024
Karena itu, tingginya pengeluaran Muslim global untuk produk halal dan positifnya neraca ekspor produk halal dalam negeri, harus dilihat sebagai peluang oleh ekosistem industri halal dalam negeri.
“Salah satu strategi untuk menarik pasar konsumen luar, yakni dengan mengantongi sertifikasi halal. Jika ekosistem halal kita dari hulu ke hilir tertib, saya pastikan cita-cita kita menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia akan terwujud, dan berkontribusi menopang target pertumbuhan ekonomi 8 persen,” tandasnya.
Melihat kinerja ekspor produk halal periode Januari-Oktober 2024, sektor makanan olahan nasional masih mendominasi dengan nilai ekspor sebesar 33,61 miliar dolar AS. Diikuti pakaian Muslim 6,83 miliar dolar AS, farmasi 612,1 juta dolar AS dan kosmetik 362,83 juta dolar AS.
“Sekarang, apa yang harus kita lakukan untuk ekonomi Indonesia? Kita harus memperkuat ekosistem halal dari hulu hingga ke hilir. Dari usaha mikro, kecil, menengah, hingga besar. Dari sektor makanan, minuman, kosmetik, obat, produk kimiawi, biologi, hingga rekayasa. Ingat, ini akan menjadi amal jariyah kita!,” tegasnya.
Kepala BPJPH juga menekankan pentingnya sinergi dan kolabrasi semua pihak dalam mengedukasi dan mendorong pelaku industri hingga Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) halal, mendapatkan sertifikasi halal.
“Upaya edukasi dan literasi halal harus kita tingkatkan. Ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat yang ada,” pungkasnya.