Bali, Dunis – Merajut Asa Indonesia Bersih. Mentari pagi menyinari Pantai Kuta, Bali, Sabtu (4/1/2025). Namun, kilau pasir putih dan debur ombak kali ini berpadu dengan semangat kolaborasi yang membara. Di tengah kerumunan 2.115 orang yang berkumpul untuk Aksi Bersih Sampah Laut, dua kementerian: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), meresmikan komitmen bersama untuk masa depan yang lebih hijau.
Sebuah nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) ditandatangani, menandai babak baru dalam upaya mengintegrasikan pendidikan dan pelestarian lingkungan. Hadir dalam momen bersejarah ini, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, serta jajaran pejabat tinggi lainnya.
Adiwiyata: Menanam Benih Cinta Lingkungan sejak Dini
Salah satu fokus utama dari kesepakatan ini adalah memperbanyak dan meningkatkan kualitas sekolah Adiwiyata. Sekolah-sekolah ini bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga menjadi rumah bagi tumbuh kembangnya generasi yang peduli lingkungan.
“Pendidikan dasar adalah fondasi penting untuk membentuk generasi yang mencintai alam dan peduli terhadap pelestarian lingkungan. Kerja sama ini akan mendorong terciptanya budaya bangsa yang berwawasan lingkungan dan beradab,” tegas Abdul Mu’ti.
MoU ini menjadi kompas yang akan mengarahkan pendidikan untuk tidak hanya berkutat pada pencapaian akademis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur kepedulian terhadap bumi. Harapannya, generasi muda Indonesia akan tumbuh menjadi individu-individu yang cakap mengelola sampah dan menjaga kelestarian alam, dimulai dari hal-hal kecil di lingkungan sekolah.
Dari Hulu ke Hilir: Mengubah Paradigma Pengelolaan Sampah
Lebih lanjut, Menteri Mu’ti menekankan pentingnya pendekatan berbasis pendidikan dalam menangani permasalahan sampah.
“Membersihkan sampah itu penting, tetapi lebih penting lagi menanamkan cinta lingkungan dan budaya hidup bersih sejak dini. Guru memiliki peran besar dalam memberikan pencerahan kepada siswa agar senantiasa hidup bersih dan sehat,” ujarnya.
Senada dengan Abdul Mu’ti, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, menyoroti akar permasalahan sampah laut yang ternyata bersumber dari daratan.
“Secara statistik, 80 persen sampah laut berasal dari darat. Karena itu, pengelolaan sampah harus dimulai dari sumbernya dengan melibatkan semua pihak, termasuk dunia pendidikan,” tegas Hanif.
Ia menambahkan sudah saatnya paradigma pengelolaan sampah bergeser, dari yang semula berfokus pada penanganan di tempat pembuangan akhir, menjadi pengelolaan yang komprehensif di tingkat hulu.
Aksi Bersih Pantai Kuta: Bukti Nyata Kolaborasi
Aksi Bersih Sampah Laut di Pantai Kuta yang melibatkan ribuan peserta dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari siswa, komunitas, tenaga kebersihan, hingga penggiat lingkungan, menjadi bukti nyata komitmen ini. Mereka terbagi ke dalam 10 zona, menyisir dua kilometer garis pantai, memilah dan mengumpulkan sampah dengan penuh semangat.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, memperkuat strategi pengelolaan sampah, dan menjadi langkah konkret dalam penanganan sampah laut di Bali. Harapan kami, Bali dapat menjadi contoh nasional dalam pengelolaan sampah laut,” tambah Hanif.
Menuju Indonesia yang Berkelanjutan: Peran Strategis Pendidikan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut menjadi landasan hukum yang kuat. Namun, implementasinya membutuhkan sinergi dari seluruh lapisan masyarakat. MoU antara Kemendikdasmen dan KLH ini menjadi langkah strategis untuk memastikan pendidikan menjadi garda terdepan dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami berharap kesepakatan ini tidak hanya meningkatkan jumlah sekolah Adiwiyata, tetapi juga menciptakan generasi muda yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan kolaborasi ini, kita dapat memastikan Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang,” ucap Menteri Mu’ti dengan penuh optimisme.
Kegiatan di Pantai Kuta ini menjadi tonggak penting, pengingat bahwa pendidikan dan aksi nyata harus berjalan beriringan. “Mari kita bersama-sama mewujudkan Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” pungkas Mendikdasmen, menutup sambutannya dengan ajakan yang menggugah.
Masa depan bumi ada di tangan kita. Dan pendidikan adalah kunci untuk membuka gerbang menuju masa depan yang lebih hijau.