Menu

Mode Gelap
Haikal Hassan : Bangun Indonesia Baru yang Damai dan Berkeadaban How To Handle Every Movie Challenge With Ease Using These Tips 20 Questions You Should Always Ask About Playstation Before Buying It The Most Influential People in the Green House Industry and Their Celebrity Dopplegangers Technology Awards: 6 Reasons Why They Don’t Work & What You Can Do About It

News · 14 Jan 2025 03:16 WIB ·

Kelahiran Muhammadiyah Jadi Tanda Gerakan Social Entreprises di Indonesia


 Kelahiran Muhammadiyah Jadi Tanda Gerakan Social Entreprises di Indonesia Perbesar

Yogyakarta, Dunis – Ketika dunia belakangan hari baru membicarakan tentang social entreprises atau bisnis sosial, Indonesia telah mempraktikkan itu sejak lama, yaitu sejak lahirnya Muhammadiyah.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Arsjad Rasjid pada Senin (13/1) dalam Talkshow dan Launching Buku : “Bangkitnya Kewirausahaan Sosial di Indonesia: Kisah Muhammadiyah” di UAD.

“Di dunia selalu dikatakan social enterprises, padahal social enterprises sudah lahir dan lahirnya di Indonesia, yaitu waktu berdirinya Muhammadiyah. Jadi buat saya salut buat Muhammadiyah,” katanya.

Menurutnya kelahiran Muhammadiyah sebagai tanda adanya gerakan social enterprises di Indonesia, namun karena saat itu belum diteorikan, sehingga gerakan kewirausahaan yang dilakukan Muhammadiyah belum terdefinisikan.

Gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah, kata Arsjad, bersemangat social enterprises. Dan gerakan kewirausahaan sosial ini adalah kunci yang membawa Indonesia maju.

Dalam konteks ekonomi secara umum, yang terbagi menjadi dua yaitu kapitalisme dan di sisi lain ada sosialisme, maka arah ekonomi yang diperas dari Pancasila menurut Arsjad berada di tengah antara kapitalisme dengan sosialisme.

“Ekonomi Pancasila itu berada di tengah-tengah, bukan kapitalis bukan sosialis. Tapi itu adalah upaya gotong royong yang bentuknya seperti social enterprises,” ungkapnya.

Bisnis Sosial ini menurutnya akan menjadi kunci memajukan Indonesia, sebab ekonomi tidak hanya bermotif keuntungan tetapi juga ingin hadir menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Bisnis Sosial akan menjadi bandul penengah dari ketimpangan sosial dan ekonomi, kesenjangan akses kesehatan, ketimpangan pendidikan, isu lingkungan, dan lain sebagainya yang perlu diatasi dengan bisnis sosial.

“Yang membedakan usaha sosial dari bisnis biasa, ataupun yayasan sosial adalah profit for impact. Jadi tidak hanya bicara profit hanya keuntungan saja, tapi keuntungan yang memberikan dampak,” ungkapnya.

Bisnis sosial, katanya, tidak bergantung pada donasi, Melainkan untuk memberikan dampak sosial, namun dana yang dimiliki diputar agar semakin membesar. Menurutnya model ini sangat lekat dengan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Artikel ini telah dibaca 22 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Serukan Pelestarian Lingkungan, Menag Nasaruddin Umar Buka MTQ Internasional IV

29 January 2025 - 12:27 WIB

Anggota DPR RI Usulkan Relokasi Warga Israel ke Amerika Serikat Demi Akhiri Konflik Puluhan Tahun

22 January 2025 - 05:03 WIB

Perkuat Dakwah, MUI DKI Jakarta Teken Kerja Sama dengan Lembaga Pendidikan Persatuan Emirat Arab

22 January 2025 - 00:29 WIB

Ulurtangan dan DDC Resmikan Pembangunan Sekolah Islam Terpadu di Sukaresmi, Bogor

19 January 2025 - 13:39 WIB

ARI BP Rayakan Gencatan Senjata di Gaza

18 January 2025 - 00:06 WIB

Dubes Persatuan Emirat Arab di Indonesia Sambut Baik Kerja Sama dengan MUI DKI Jakarta

17 January 2025 - 09:20 WIB

Trending di News